Mediatrapnews.com|Ogan Komering Ilir — Hari ini 2 Mei setiap tahun disuruh Indonesia memperingati Hari Pendidikan. Semoga bergembira dengan mengadakan upacara, mengenakan pakai adat dari setiap suku dan daerah yang ada. Ya.. Untuk hari ini boleh kita bergembira dengan melupakan sesaat melupakan persoalan persoalan yang ada di dunia pendidikan negeri ini. Tapi esok persoalan itu tetap ada dan selalu ada..!
Persoalan dari susahnya masuk sekolah negeri yang isinya banyak “titipan”, banyaknya pungutan liar yang mengatas namakan kegiatan siswa, fasilitas dan sarana pendidikan yang kurang, gedung sekolah yang rusak dan terbengkalai, kenakalan siswa di dalam dan luar sekolah, pem_Bully an yang terus ada terhadap siswa di dalam lingkungan sekolah yang terkesan tidak pernah dihentikan secara tuntas agar menjadikan sekolah menjadi tembat kedua waktu siswa menghabiskan waktunya setiap hari setelah rumahnya yang mestinya Nyaman menjadi meresahkan.
Belum lagi sibuknya para guru yang waktunya lebih banyak habis untuk mengotak atik kurikulum, pelatihan dan memenuhi administrasi yang dituntut lembaga dibandingkan menyibukkan diri mendekat kan diri untuk “mengisi’ kekosongan karakter, pikiran, dan keterampilan diri siswa yang menjadi tanggung jawab dan alasan utama pendidikan itu di didirikan di negeri ini..!
Pendidikan juga menemukan persoalan lain dimasa sekarang ini yaitu Rasa Hormat dengan pelaku utama pendidikan itu sendiri yang sangat kurang yakni Rasa Hormat kepada Guru yang sangat jauh berubah. Cerita para pendahulu pendidikan dulu kalau dizaman mereka orangtua dan anak didik SANGAT MENGHORMATI GURU. Mereka menganggap guru sebagai orang yang diagungkan seperti yang kita lihat di film film kolosal bagai mana para Raja menghormati dan menduduk kan mereka terhormat disisi Raja, dan Raja menyerahkan didikan generasi penerus kerajaan itu kepada seorang guru.
Tapi cerita itu tentu berbeda dengan sekarang.. !?. Cara orang tua murid berbeda belihat guru dan profesi guru. Cara guru juga membangun kualitas diri untuk dihormati juga berbeda. Guru dan Lembaga pendidikan lebih dianggap sebagai sebuah “transaksional” Semata. Guru menganggap menyampaikan materi sesuai jadwal dan waktu pelajaran sudah menjalankan tugas seutuhnya sebagai seorang guru, selebihnya membentuk mental, moral dan karakter anak didik bukan tanggung jawabnya.. Kemitraan dengan siswa dibatasi kata “guru dan murid” Tidak lagi seperti dulu antara “orangtua dan anak” Walaupun tidak semua seperti ini faktanya ini mayoritas. Begitu juga orangtua siswa. Apalabila anak sudah di titipkan disekolah dan dibayar apapun keinginan sekolah mana “apapun nasibnya” Anak tanggung jawab guru.. Tidak ada lanjutan didikan itu dilingkungan keluarga. Orang tua beranggapan semua pendidikan dan karakter anaknya sudah selesai semuanya di tanggan guru dan lingkungan sekolah, dan itu dianggap kewajiban guru bukan kewajiban orangtua ikut membentuk pribadi mereka.
Jadi selama kemitraan mendidik anak ini dianggap kewajiban satu pihak yakni guru dan orang tua di pihak terpisah yakni sang donatur pendidikan di sekolah. Maka selama itu juga rasa hormat dan nilai kesopanan serta penghargaan kepada pendidik yakni guru tidak akan pernah ada. Pun sebaliknya selama guru disibukkan dengan rutinitas administrasi dan sikap “aku dan mereka” Masih terbentang lebar antara guru, murid, serta orang tua siswa, maka sangat sulit guru mendapatkan penghormatan dari siswa dan orangtua.
Maka di Hari Pendidikan tahun 2025 ini Mari kita sama sama berbenah untuk kemajuan dunia pendidikan di negeri kita ini khusus nya Kabupaten OKI tercinta.
(Yadi)