Mediatrapnews, Batanghari – Dari Kejasung Kecil, Kejasung Besar dan Ujung Sungai Makekal Telah Dihuni Nenek Moyang Suku Anak Dalam Sebelum Merdekanya Republik Ini Sampai Ke Generasi Kami Saat Ini, Namun Engkau Hanya Tinggal Namanya Saja Yang Kami Jaga dan Kami Huni Selama-lamanya
Nenek moyang kami menamakan engkau Kejasung Besar dan Kejasung Kecil, Ujung Makekal tidak tersurat tapi tersirat untuk kami generasinya dan kekayaan alam yang kami jaga dan kami huni dihutan tersebut tidak dapat kami nikmati oleh keserakahan para pengusaha perkebunan
Hutan tanah Kejasung Kecil, Kejasung Besar dan Makekal yang kami jaga sekarang habis dikuasai oleh perusahaan perkebunan sawit dan pertambangan seperti Hutan Dewa yaitu hutan yang kami jaga dan kami lindungi tempat persembahan (masjid) kini tidak ada lagi
Hutan peranakan yaitu hutan yang kami jaga dan kami lindungi tempat kaum ibu hamil 7 bulan (Tempat Persalinan) sudah habis dimusnahkan oleh perusahaan
Hutan balai yaitu hutan yang kami jaga dan kami lindungi tempat sidang adat (Pengadilan) dan pernikahan sudah tidak ada lagi,
Hutan Berburu yaitu hutan yang kami jaga dan kami lindungi tempat mencari nafkah habis tidak ada lagi digarap perusahaan perkebunan kelapa sawit
Hutan Obat yaitu hutan yang kami jaga dan kami lindungi tempat kami mengambil obat apabilah ada yang sakit tidak ada lagi habis digarap perusahaan sawit
Hutan Melangun yaitu hutan yang kami jaga dan kami lindungi tempat kami menghilangkan kesedihan apabila ada keluarga dan sanak saudara meninggal dunia habis digarap perusahaan sawit
Pada tahun 1958 sebelum meninggal dunia Datok Nenek Moyang kami mengadakan pertemuan dengan Raden Ja’far Kertapati bertempat di kediaman orang tua Kepala Desa Batu Sawar (Abdul Khaliq) maka saat itu Datok Nenek Moyang kami yang bernama Muko Muko membuat kesepakatan bersama secara tersirat untuk menjadikan Desa Batu Sawar tempat Induk Semang Suku Anak Dalam (Orang Tua Suku Anak Dalam) Karena Batu Sawar Yang Terdekat Dengan Pemukiman (Dusun Lamon) Suku Anak Dalam Kejasung Kecil, Kejasung Besar dan Makekal. Sebut Temenggung M. Yusuf (Nguyup)
